Dinamika Lembaga Mahasiswa

Daftar Isi: [Tampil]

(Dari Perspektif Kultur Budaya dan Perbedaan Pemahaman Mahasiswa UMJ)

PART 1
Oleh : Yuro 

Sering kali terjadi gojolak di tengah – tengah mahasiswa, tentang  penataan lembaga dengan berbagai dalil dan paham organisasi yang berbeda yang di sebabkan oleh ketidak tahuan akan esensi dari dalil dan paham yang mereka kuluarkan tanpa harus berfikir panjang tentang konsikuensi logis dari apa yang mereka yakini akan kebenarannya. Sehingga dari kultur ini lahirlah pola fikir yang bersifat prajudistif, pragmatif dan, acuh tak acuh, serta merasa memiliki dalil yang paling benar di antara golangan dan kelompok lain dengan menjeneralisir orang yang diluar konsep dan pahamnya adalah orang yang berfikir tidak sistematis alias kesalahan dalam berfikir.

Masalah kultur dan perbedaan ini merupakan satu masalah yang tidak tabu dan memiliki nilai konsumtif di tengah – tengah mahasiswa UMJ dari tahun ke tahun, dari satu angkatan ke angkatan lain, dan hal ini terjadi secara turun – temurun. Dari tatanan pimpinan sampai Lembaga Mahasiswa begitu pula sampai ketatanan mahasiswa yang merupakan komunitas terkecil yang menjadi korban  dari kebijakan dan keputusan yang di ambil oleh orang – orang yang bertopeng yang mengatas namakan kepentingan mahasiswa.

Polemik yang terjadi kian memburuk padahal bila hari ini kita semua menjadi orang yang sadar sebanarnya apa yang kurang dari kita dan apa yang hendak ingin kita perbaiki ? saya rasa selama ini kita hanya berputar pada pembahasan perbedaan pemahaman, nilai idealisme  yang kita dapatkan darikomunitas dan lembaga masing – masing lalu sering kita menjadi orang yang merasa benar dengan apa yang kita bawa dan kita yakini  yang jelas – jelas merupakan sunatullah (hukum tuhan dalam hidup ini) Bukankah orang Muslim adalah orang yang seharusnya menerima perbedaan dan kekurangan  dari sauadaranya dalam hal kebaikan ? dan bukankah idelisme dan perbedaan itu merupakan satu entitas nilai yang sudah semestinya saling menghargai di antara satu komunitas dengan komunitas lain?, dan hal ini juga merupakan hukum niscaya lagi pasti. Padahal sebagai mahasiswa yang di katakan agent of change yang selama ini bergemuruh dengan semangat meneriakan perubahan lalu perubahan bagaimanakah yang di maksud ? apakah perubahan yang bersifat open serimonial belaka atau yang semestinya perubahan itu sendiri ? yang jelas belum nampak dan di rasakan oleh seluruh mahasiswa dan civitas akademik karyawan, pagawai dan lebih untuk kita semua.

Gemuruh perbedaan bulum berahir…. Kadang hal ini lucu buat kita akan kah kita menfokuskan dan membiarkan tanaga dan fikir kita untuk membahas hal – hal yang semestinya tidak menjadi tujuan kita bersama. Melihat semua ini sampailah kita pada satu kesimpulan bahwa sebanarnya teman – teman mahasiwa tidak menyadari bahwa selama ini kita hanya terjebak dalam logika yang salah yang berujung pada kebencian, dendam dan sifat berfikir tidak positif terhadap teman – teman yang diluar organisasi atau lembaga tertentu yang kita anggap benar. Anologi sederhana dari semua masalah yang di hadapi oleh lembaga UMJ dan lebih spesifik lagi teman – teman lembaga mahasiswa dalam hal penataan lemabaga demi perbaikan. Ibarat sebuah cerita ada dua orang  mahasiswa sebut saja yang satunya Helmy dan yang satunya lagi Husen . Dua orang Mahasiswa ini sama –sama berjalan menuju satu toko, hingga mereka sampai di toko tersebut. Husen bertanya kapada Helmy. “My kamu Mau beli apa?”  Helmy menjawab “Ga Ceng Ane  mau beli pulpen.” Helmy balik bertanya “Kalau kamu ?” “Sama Aku juga” balas Husen. Sepulangnya mereka berdua dari toko tadi tiba- tiba di tengah jalan terjadilah dialog di antara keduanya.

Helmy : Husen kamu beli pulpen warna apa?
Husen : Saya beli pulpen warna hijau.
Helmy : Ahh… warna hijau itu jelek,
Husen : Terus kamu beli warna apa ?
Helmy : Ohh,, Kalau aku beli pulpen warnah merah.
Husen : Ahh..warna merah lebih jelek.
terjadi perdebatan sampai berujung pada saling menjelek – jelekkan.

Dari analogi di atas timbul pertanyaan siapa yang salah Husen atau Helmy ataukah pulpennya yang salah? Ini merupakn gambaran dari mahasiswa yang terjebak dalam logika salah atau nama krennya kesalahan dalam berfikir. Apa yang seharusnya diperdebatkan oleh keduanya? Oleh karna ego, sifat merasa diri paling benar. Si Husen merasa warna hijau bagus. Si Helmy juga merasa warna merah yang lebih bagus. Tapi meraka berdua lupa bahwa sebenarnya dua – duanya bugus dan benar. Kerana tujuan atau esensi dari pulpen adalah menulis bukan untuk di perdebatan warnanya.


Sebenarnya jika kita semua memiliki kesadaran bahwa dengan adanya pulpen warna merah dan pulpen warna hijau itu justru kita jadikan sebagai kalam untuk menggoreskan ilmu di atas lembaran hikma dengan satu tujuan  langka awal untuk membawa arah lembaga ini menuju perubahan.Dari cerita ini apakah kita masih mau berdebat tentang perbedaan warna?

Selanjutnya di part 2: Klik Disini

0 Response to "Dinamika Lembaga Mahasiswa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel mgid

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel mgid