Memahami I’jaz Al-Qur’an - Makalah

Daftar Isi: [Tampil]
Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang bermakna melemahkan atau menjadikan pelakunya tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kehadiran Nabi Muhammad dan mukjizat yang di berikan Allah kepada para Nabi telah sejak lama diketahui oleh berbgai kalangan umat muslim pada umumnya. 

    Secara umum, setiap Nabi yang di utus oleh Allah pasti memiliki mukjizatnya masing-masing, misalnya mukjizat Nabi Musa yang mampu membelah lautan dengan tongkatnya yang kemudian menenggelamkan Fir’aun dan pasukannyadan masih lain sebagainya. 

    Tetapi, mukijzat yang diterima oleh Nabi Muhammad merupakan mukjizat terbesar dan abadi yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan umat manusia, hal ini merupakan salahsatu tanda bahwa Al-Qur’an merupakan Mukjizat yang luar biasa. 

    Selain itu mukjizat kitab Al-Qur’an yang diterima oleh Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril juga merupakan kitab penyempurna dari kitab-kitab yang ada terdahulu.
    Jika ditinjau dari sejarah masa lalu, telah banyak dari kalangan orang-orang kafir Quraisy yang tidak percaya bahkan menentang kemukjizatan dari Al-Qur’an ini. Sehingga, turun ayat Al-Qur’an yang berisi tantangan kepada mereka yang menentang kehadiran Al-Qur’an ini. 

    Allah Berfirman Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 23 :

    وَإِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٖ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ  ٢٣
    “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah :23).

    Menurut Quraish Shihab, kemukjizatan Al-Qur’an terlihat dari 3 aspek utama, yaitu dari aspek redaksinya yang mencapai tingkat tertinggi dari sastra Arab, kandungan isyarat dari berbagai macam disiplin ilmu dan beberapa ramalan-ramalan yang sebagian besar telah terbukti kebenarannya.

    Dalam kesempatan kali ini, penulis akan berusaha memberikan gambaran umum mengenai pengertian, urgensi, aspek dan kadar kemukjizatan Al-Qur’an.

    B. Rumusan Masalah 

    1. Apa yang dimaksud sebagai Mukjizat?
    2. Apa urgensi dari ilmu I’jaz Al-Qur’an?
    3. Apa saja aspek-aspek dari kemukjizatan Al-Qur’an ?
    4. Bagaimana kadar emukjizatan Al-Qur’an?


    BAB II
    PEMBAHASAN


    A. Pengertian Mukjizat


    Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang bermakna melemahkan atau menjadikan pelakunya tidak mampu. Sedangkan menurut terminologi mukjizat atau i’jaz Al-Qur’an adalah ketidakmampuan siapapun untuk menjawab tantangan Al-Qur’an sebagai bukti dari kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW. [1]


    Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang berisi tantangan bagi mereka yang menolak terhadap keberadaan dan kebenaran Al-Qur’an untuk membuat hal yang sama seperti Al-Qur’an, mulai dari tantangan untuk membuat satu surat, sepuluh surat bahkan satu kitab yang persis sama dengan Al-Qur’an yang telah ada. 


    Hal ini merupakan pembuktian dari kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi yakni kitab suci Al-Qur’an dan sekaligus menunjukkan kelemahan generasi setelah mereka. [2]


    Menurut Abd. Al-Jabbar, dalam bukunya Al-Mughni bagian 15 menyebutkan, bahwa ada empat kondisi yang harus dipenuhi untuk membuat sebuah keajaiban ( kemukjizatan) : [3] 

    1. Mukjizat harus datang dari Allah secara langsung atau tidak langsung. 
    2. Keajaiban harus menghentikan kebiasaan dari masyarakat;
    3. Manusia pasti tidak bisa menandingi
    4. Mukjizat merupakan sesuatu yang khas bagi seseorang yang mengaku dirinya sebagai Nabi. 

    Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang menjadi permintaan Nabi kepada orang-orang Arab untuk menandingi kemukjizatan dari Al-Qur’an. Seperti beberapa ayat berikut : 



    قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖ ظَهِيرٗا  ٨٨



    “Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (QS. Al-Isra : 88).

    Ayat diatas berisi tantangan untuk membuat satu Al-Qur’an secara utuh bagi siapa saja orang yang menentang keberadaan Al-Qur’an.

    Dalam ayat lain Allah STW berfirman :

    أَمۡ يَقُولُونَ ٱفۡتَرَىٰهُۖ قُلۡ فَأۡتُواْ بِعَشۡرِ سُوَرٖ مِّثۡلِهِۦ مُفۡتَرَيَٰتٖ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ  ١٣ فَإِلَّمۡ يَسۡتَجِيبُواْ لَكُمۡ فَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَآ أُنزِلَ بِعِلۡمِ ٱللَّهِ وَأَن لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ فَهَلۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ  ١٤

    “Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” (QS. Hud : 13-14)

    Dalam ayat diatas, Allah menantang melalui Nabi Muhammad, kepada siapa saja yang menolak keberadaan Al-Qur’an untuk membuat 10 surat saja. Kemudian Allah SWT.

    Memberikan tantangan yang lebih ringan bagi mereka dengan tantangan untuk membuat satu surat saja. Sebagaimana firman Allah : 

    أَمۡ يَقُولُونَ ٱفۡتَرَىٰهُۖ قُلۡ فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ  ٣٨

    “Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar”. (QS. Yunus : 38).

    Dalam konteks tantangan bagi mereka yang menolak Al-Qur’an, tantangan paling rendah yang diberikan Allah melalui perantara Nabi Muhammad hanyalah tantangan untuk membuat satu surat. 

    Tidak ada tantangan untuk membuat satu ayat, satu kata ataupun satu huruf, karena hal itu tidak akan relevan untuk menunjukkan keistimewaan dan kehebatan dari kitab suci Al-Qur’an ini. [4]

    B. Urgensi Ilmu I’jaz Al-Qur’an

    Jika dilihat dari sisi sejarah, adanya kejadian luar biasa atau mukjizat merupakan suatu proses penguatan keyakinan umat manusia (non-muslim) supaya mereka meyakini bahwa Al-Qur’an memang benar-benar merupakan wahyu Allah SWT. 

    Sedangkan bagi umat muslim sendiri dengan adanya rasa kagum yang timbul terhadap Al-Qur’an menunjukkan adanya keistimewaan yang luar biasa didalam Al-Qur’an. Untuk sisi lain dari urgensi ilmu i’jaz Al-Qur’an adalah untuk memperkaya wawasan keilmuan agama islam, terlebih yang berkaitan langsung dengan kajian Ulumul Qur’an. 

    Dengan demikian, tujuan dari adanya ilmu i’jaz Al-Qur’an antara lain :
    1. Untuk membuktikan kebenaran dari kerasulan Nabi Muhammad SAW.
    2. Untuk membuktikan bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT. 
    3. Untuk menunjukkan kelemahan dari kemampuan sastra  manusia. 
    4. Untuk menunjukkan kelemahan manusia. 

    C. Aspek-aspek Kemukjizatan Al-Qur’an 

    Telah terbukti dan diketahui secara luas, bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab yang merupakan salah satu aspek yang membuat Al-Qur’an merupakan mukjizat.

    Al-Baqalani menitikberatkan aspek i’jaz Al-Qur’an pada tiga hal : 
    • Rasulullah tidak mengenal konteks baca tulis (ummi), kenyataan ini menjadikan bukti konkrit bahwa Al-Qur’an bukan buatan Nabi Muhammad SAW.
    • Informasi Al-Qur’an mengenai pemberitaan hal-hal ghaib. 
    • Tidak terdapatnya kontradiksi dalam Al-Qur’an. [5]

    Tetapi tidak hanya itu, terdapat aspek lain yang memperkuat bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang di berikan Allah Kepada Nabi Muhammad diantaranya : 

    1. Aspek kemukjizatan dari segi bahasa

    Bangsa Arab memang terkenal dengan kepandaiannya dalam bidang sastra Arab, mereka menggubah puisi dan prosa, kata-kata bijak dengan menggunakan aturan bayan yang diekspresikan. 

    Jika melihat sejarah, para ahli bahasa telah banyak yang terjun kedalam berbagai festival bahasa dengan meraih kemenangan. Tetapi, tidak ada seorangpun dari mereka yang berani memproklamirkan diri untuk menandingi Al-Qur’an. 

     Akan tetapi, meskipun kemampuan bahasa itu telah meningkat dan tinggi, jika dihadapkan dengan Al-Qur’an dengan kemukjizatan bahasanya, itu hanya akan menjadi butir-butir kecil yang tunduk dan takut terhadap uslub Al-Qur’an. 

    Jika manusia memfokuskan pikiran dan menyadarinya, ia akan mendapatkan kemukjizatan itu dalam keteraturan bunyi yang indah melalui nada huruf-hurufnya ketika mendengar harakat dan sukun-nya, madd dan gunnah-nya, fasilah dan maqta’-nya, sehingga telinga tiak akan pernah merasa bosan bahkan ingin senantiasa terus mendengarnya. 

    Selain itu, kemukjizatan Al-Qur’an dapat ditemukan dalam lafadz-lafadznya yang memenuhi hak setiap makna pada tempatnya. Tak pernah ada satupun lafadz dalam Al-Qur’an yang dinyatakan sebagai kelebihan. 

    Bahkan tak pernah ada seorangpun peneliti yang menyatakan bahwa pada tempat itu perlu penambahan suatu lafadz karena terdapat kerkurangan.

    Kemukjizatan dapat pula ditemukan  dalam macam-macam khitab-nya. Sehingga masing-masing dari mereka memandang cocok dengan tingkatan akalnya dan sesuai dengan keperluannya, baik orang awam maupun kalangan para ahli.

    Kemukjizatan ditemukan pula dalam sifatnya yang dapat memuaskan akal dan menyenagkan perasaaan. [6]

    2. Aspek Kemukjizatan Dari Segi Ilmiah

    Kemajuan ilmu pengetahuan memang tidak dapat dibendung dengan cara apapun. Dalam periode ini sering terjadi perdebatan mengenai sains islam maupun islamisasi sains yang telah melahirkan teori-toeri baru. 

    Terlepas dari perdebatan itu, kemukjizatan Al-Qur’an bukan terletak pada cakupan toeri-teori baru yang terus bermunculan dan berubah yang merupakan hasil dari penelitian dan pengamatan manusia. Tetapi kemukjizatannya terletak pada dorongan untuk berpikir dan menggunakan akal. [7]

    Perlu digaris bawahi bahwa Al-Qur’an bukan merupakan kitab ilmiah seperti kitab-kitab ilmiah lain yang dikenal, melainkan Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk kehidupan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

    Sehingga tidak heran jika didalamnya terdapat berbagai petujuk yang tersirat maupun tersurat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, untuk mendukung fungsinya sebagai kitab petunjuk. (Shihab, 1998, cet. 4: 165). [8]

    3. Aspek Kemukjizatan Dari Segi Tasyri’i

    Sepanjang sejarah kehidupan, manusia selalu beruasaha untuk membuat hukum yang akan mengatur tata kehidupan beragama, bersosial, politik, ekonomi dan lainnya untuk dijadikan landasan dan pedoman dalam kehidupan. 

    Akan tetapi, hukum-hukum itu terus mengalami perubahan, mengalami amandement untuk menyesuaikan dengan pola kehidupan yang terus berkembang dari waktu ke waktu.

    Namun, hal itu tidak berlaku bagi Al-Qur’an. Hukum-hukum yang terkadung dalam Al-Qur’an selalu berjalan beriringan dengan keadaan yang hadir, karena Al-Qur’an berasal dari Dzat yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.

    Dalam menetapkan hukum, Al-Qur’an menggunakan cara sebagai berikut : [9] 
    1. Secara Mujmal, cara ini banyak digunakan dalam hal urusan ibadah dengan hanya menerangkan pokok-pokok dari hukumnya saja. Sedangkan, untuk perinciannya diserahkan pada Sunnah dan Ijtihad para Mujtahid. 
    2. Hukum yang agak jelas dan terperinci, seperti hukum jihad, hubungan umat islam dengan umat lain dan lain sebagainya. Seperti dalam firman Allah STW., berikut :



      ٱنفِرُواْ خِفَافٗا وَثِقَالٗا وَجَٰهِدُواْ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ  ٤١

      “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah : 41)

    3. Jelas dan terperinci, diantaranya tentang hukum utang piutang, makanan halal dan haram, sumpah, perintah memelihara kehormatan wanita dan perkawinan. 

    D. Kadar Kemukjizatan Al-Qur’an

    Beberapa pendapat mengenai kadar kemukjizatan yang muncul dari berbagai kalangan diantaranya : 
    1. Menurut Golongan Mu’tazilah, kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan isi dari Al-Qur’an, bukan sebagian atau dengan setiap suratnya secara lengkap. 
    2. Sebagian ulama memiliki pendapat, baik sebagian kecil maupun sebagian besar dari Al-Qur’an tanpa harus satu surat penuh, itu juga merupakan mukjizat, berdasarkan firman Allah : “Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an...” (QS. At-Tur : 34 ).
    3. Ulama lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surat lengkap sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surah, baik satu ayat atau beberapa ayat. [10]

    BAB III
    PENUTUP

    A. Kesimpulan 

    Dari uraian diatas, telah diketahui bahwa I’jaz seacara etimologi berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang bermakna melemahkan atau menjadikan pelakunya tidak mampu. Secara terminologi mukjizat atau i’jaz Al-Qur’an adalah ketidakmampuan siapapun untuk menjawab tantangan Al-Qur’an sebagai bukti dari kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW.

    Banyak aspek yang mendukung kemukjizatan dari Al-Qur’an salah satunya dari aspek bahasa, isyarat-isyarat ilmiah dan dari aspek hukum. 

    Menurut Quraish Shihab, kemukjizatan Al-Qur’an terlihat dari 3 aspek utama, yaitu dari aspek redaksinya yang mencapai tingkat tertinggi dari sastra Arab, kandungan isyarat dari berbagai macam disiplin ilmu dan beberapa ramalan-ramalan yang sebagian besar telah terbukti kebenarannya.

    Daftar Pustaka

    • Ilyas, Yunahar. 2014. Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta : ITQAN Publishing
    • Al-Qaththan, Manna Khalil. Mabahits fi Ulumil Quran, diterjemahkan oleh Muzakkir AS. Dengan judul Studi-Studi Ilmu Al-Quran. Bogor: Pustaka Lentera Antara Nusa, 2009.
    • Amin, Muhammad. 2017. Menyingkap Sisi Kemu’jizatan Alquran, Jurnal At-Tibyan Volume 2 No. 2 
    • Yusuf, Muhammad. tt. Kemukjizatan Al-Qur’an.
    • Rahman, Yusuf. 1996. The Miraculous Nature Of Muslim Scripture: A Study Of ‘Abd Al-Jabbar's I’jaz Al-Qur'an, Islamic Studies, Vol. 35, No. 4,
    Footnote:
    [1] Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an ( Yogyakarta : ITQAN Publishing, 2014) hal. 239
    [2] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Mudzakir AS (Bogor : PT.Pustaka Litera  Antar Nusa, 2009) hal. 371
    [3] Yusuf Rahman, The Miraculous Nature Of Muslim Scripture: A Study Of ‘Abd Al-Jabbar's I’jaz Al-Qur'an, Islamic Studies, Vol. 35, No. 4, hal . 413
    [4] Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an ( Yogyakarta : ITQAN Publishing, 2014) hal. 241
    [5] Muhammad Amin, Menyingkap Sisi Kemu’jizatan Alquran, Jurnal At-Tibyan Volume 2 No. 2, Desember 2017, hal 187
    [6] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Mudzakir AS (Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2009) hal. 383
    [7] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Mudzakir AS (Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2009) hal. 386
    [8] Muhammad Yusuf, Kemukjizatan Al-Qur’an
    [9] Muhammad Amin, Menyingkap Sisi Kemu’jizatan Alquran, Jurnal At-Tibyan Volume 2 No. 2, Desember 2017, hal. 187
    [10] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Mudzakir AS (Bogor : PT.Pustaka Litera AntarNusa, 2009) hal. 378-379

    ____

    Penulis : Fauzi Ahmad Sahidin

    (Mahasiswa Fakultas Ushuludin, Program Studi Ilmu Alqur'an Tafsir, 
    Istitut Agama Islam Darussalam - Ciamis)

    0 Response to "Memahami I’jaz Al-Qur’an - Makalah"

    Post a Comment

    Iklan Atas Artikel mgid

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel mgid